Kamis, 22 Maret 2012

Judul Skripsi

MANAJEMEN PERPUSTAKAAN
DI PERPUSTAKAAN UMUM DAERAH PURWOKERTO

STAIN











PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Kepada Jurusan Tarbiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penulisan Skripsi


Oleh:
YOGI RESTIYANTO
NIM. 082333087



PROGRAM STUDI KEPENDIDIKAN ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PURWOKERTO
2012
MANAJEMEN PERPUSTAKAAN
DI PERPUSTAKAAN UMUM DAERAH PURWOKERTO

A.      Latar Belakang Masalah
Perpustakaan merupakan salah satu sarana penunjang pendidikan, perpustakaan dapat pula diartikan sebagai tempat kumpulan buku-buku atau tempat buku dihimpun dan diorganisasikan sebagai media belajar (Darmono, 2001: 1-2). Perpustakaan merupakan sistem informasi yang didalamnya terdapat aktivitas pengumpulan, pengolahan, pengawetan, pelestarian dan penyajian serta penyebaran informasi (Lasa HS, 2008: 48).
Pada hakekatnya perpustakaan adalah lembaga yang memberikan jasa (Rachman Hermawan S. dan Zulfikar Zen, 2006: 31). Oleh karena itu yang menjadi target layanan adalah kepuasan pengguna perpustakaan itu sendiri. Tugas pokok perpustakaan adalah menghimpun, menyediakan, mengolah, memelihara, dan mendayagunakan semua koleksi bahan pustaka, menyediakan sarana pemanfaatannya, dan melayani pengguna yang membutuhkan informasi dan bahan baca (Sutarno NS, 2006: 53-54).
Perpustakaan umum merupakan perpustakaan yang dibangun, dikelola, dan dimanfaatkan oleh masyarakat umum yang biasanya merupakan perpustakaan yang dibangun oleh pemerintah dengan dibiayai dari pajak yang dibayarkan oleh rakyat, dikelola oleh sekelompok orang yang diangkat oleh pemerintah dan digunakan secara umum oleh mayarakat yang ada dibawah pemerintahan tersebut (Sulistyo Basuki, 1993: 46).
Perpustakaan umum sering diibaratkan sebagai Universitas Rakyat atau Universitas Masyarakat. Maksudnya adalah bahwa perpustakaan umum merupakan lembaga pendidikan bagi masyarakat umum dengan menyediakan berbagai informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya, sebagai sumber belajar untuk memperoleh dan meningkatkan ilmu pengetahuan bagi seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu posisi perpustakaan umum dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sangat strategis. Sebab fungsinya mencakup semua lapisan masyarakat dalam rangka memperoleh dan meningkatkan berbagai ilmu pengetahuan (Sutarno NS, edisi revisi 2006: 43).
Menurut pendapat Sulistyo Basuki yang dikutip oleh Sutarno NS, perpustakaan umum dapat berfungsi dengan baik merupakan demokrasi informasi, yang secara bebas, adil, dan merata memberikan kesempatan dan akses layanan bagi semua orang untuk memanfaatkannya (Sutarno NS, 2006: 38).
Ada beberapa tujuan dari perpustakaan umum, antara lain untuk;
1.      Memberikan kesempatan kepada warga masyarakat untuk menggunakan bahan pustaka dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesejahteraannya.
2.      Menyediakan informasi yang murah, mudah, cepat, dan tepat yang berguna bagi masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari.
3.      Membantu dalam pengembangan dan pemberdayaan komunitas melalui penyediaan bahan pustaka dan informasi.
4.      Bertindak selaku agen kultural, sehingga menjadi pusat utama kehidupan budaya bagi masyarakat sekitarnya.
5.      Memfasilitasi masyarakat untuk belajar sepanjang hayat (Rachman Hermawan S. dan Zulfikar Zen, 2006: 31).
Untuk mengelola sebuah perpustakaan diperlukan kemampuan manajemen yang baik agar arah kegiatannya sesuai dengan yang diinginkan. Kemampuan itu diperlukan untuk menjaga keseimbangan tujuan-tujuan yang berbeda dan mampu dilaksanakan secara efektif dan efisien. Pengetahuan dasar dalam mengelola perpustakaan agar berjalan dengan baik adalah ilmu manajemen, karena manajemen sangat diperlukan dalam berbagai langkah kehidupan untuk mengatur langkah-langkah yang harus dilaksanakan oleh seluruh elemen perpustakaan. Oleh karena itu, dalam proses manajemen diperlukan adanya proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian. Disamping itu manajemen juga dimaksudkan agar mereka yang terlibat dalam suatu perpustakaan melakukan tugas dan pekerjaan yang benar dengan cara yang benar (Amin Abdullah, 2003: 271).
Dalam upaya meningkatkan sumber daya manusia guna pembangunan, pemerintah membangun perpustakaan umum sebagai salah satu pusat sumber belajar, karena pemerintah berkewajiban untuk memberikan pendidikan yang diarahkan untuk meningkatkan kecerdaskan dan kemampuan masyarakat. Upaya tersebut akan berhasil jika diiringi dengan berjalannya tugas pokok dan fungsi perpustakaan seperti yang telah diharapkan diatas, untuk menjalankan hal tersebut maka perlu adanya penerapan manajemen yang baik. Fungsi dari manajemen adalah untuk mengatur segala aktifitas seluruh elemen perpustakaan yang terkait dengan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan.
Dari uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti bagaimana pelaksanaan manajemen perpustakaan yang telah dijalankan di Perpustakaan Umum Daerah Purwokerto, serta apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan manajemen perpustakaan di Perpustakaan Umum Daerah Purwokerto. Untuk itu penulis perlu melakukan penelitian lebih lanjut dengan mengajukan judul penelitian Manajemen Perpustakaan di Perpustakaan Umum Daerah Purwokerto agar diketahui gambaran yang sebenarnya.

B.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.    Bagaimana pelaksanaan manajemen perpustakaan di Perpustakaan Umum Daerah Purwokerto?
2.    Apa saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan manajemen perpustakaan di Perpustakaan Umum Daerah Purwokerto?
C.      Rencana Kerangka Skripsi
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN
HALAMAN NOTA PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I          PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
B.     Definisi Operasional
C.     Rumusan Masalah
D.    Tujuan dan Manfaat Penelitian
E.     Telaah Pustaka
F.      Metode Penelitian
G.    Sistematika Penulisan Skripsi
BAB II         MANAJEMEN PERPUSTAKAAN
A.    Konsep Dasar Manajemen Perpustakaan
1.      Pengertian Manajemen
2.      Tujuan Manajemen
3.     Fungsi Manajemen
4.      Prinsip Manajemen
B.     Perpustakaan
1.      Pengertian Perpustakaan
2.      Dasar Keberadaan Perpustakaan
3.      Fungsi Perpustakaan
4.      Jenis Perpustakaan
5.      Komponen Perpustakaan
C.     Manajemen Perpustakaan
1.      Perencanaan
2.      Pengorganisasian
3.      Penggerakan
4.      Pengendalian
BAB III       GAMBARAN UMUM PERPUSTAKAAN UMUM DAERAH PURWOKERTO
A.    Sejarah Berdirinya Perpustakaan Umum Daerah Purwokerto
B.     Letak Geografis
C.     Visi dan Misi
D.    Struktur Organisasi
E.     Keadaan Pegawai
F.      Sarana dan Prasarana
G.    Pengadaan Bahan Pustaka
H.    Koleksi Bahan Pustaka
I.       Pemeliharaan dan Perawatan Bahan Pustaka
BAB IV       ANALISIS PELAKSANAAN MANAJEMEN PERPUSTAKAAN DI PERPUSTAKAAN UMUM DAERAH PURWOKERTO
A.    Penyajian Data
B.     Analisis Data
C.     Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Manajemen Perpustakaan Di Perpustakaan Umum Daerah Purwokerto
BAB V         PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran-saran
C.     Kata Penutup
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP



DAFTAR PUSTAKA

HS, Lasa. 2008. Manajemen Perpustakaan. Jogjakarta: Gama Media.
Basuki Sulistyo, 1993, Ilmu Pengantar Perpustakaan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
NS, Sutarno. 2006. Manajemen Perpustakaan Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Sagung Seto.
----------------. 2006. Perpustakaan dan Masyarakat Edisis Revisi. Jakarta: Sagung Seto.
Hermawan S. Rachman dan Zulfikar Zen, 2006, Etika Perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto.
Darmono. 2001. Manajemen dan Tata Kerja Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Grasindo.
Abdullah Amin. 2003, Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga.

Kamis, 20 Oktober 2011

Bimbingan Konseling 08

Mengenal Rasa Minder / Rendah Diri


Minder atau rendah diri adalah perasaan diri tidak mampu dan menganggap orang lain lebih baik dari dirinya.Orang yang merasa minder cenderung bersikap egosentris, memposisikan diri sebagai korban, merasa tidak puas terhadap dirinya, mengasihani diri sendiri dan mudah menyerah.

Sering kali kita lebih menghargai orang lain daripada diri sendiri. Sikap ini membuat kita menjadi “minder” dan bahkan mungkin enggan berinteraksi dengan orang lain.Tentu saja sikap “minder” akan merugikan diri kita sendiri dan orang-orang di sekitar kita. Sebab kita tidak bisa membuat diri kita berharga bagi orang lain dan mendedikasikan talenta ataupun keterampilan kita bagi orang-orang di sekitar kita. Untuk mengatasi sikap minder tersebut ada satu syarat, yakni menghargai diri sendiri.

Minder adalah tipikal orang yg bermental lemah. Mental yg lemah akan merasa selalu tidak aman. Selalu gelisah dan kuatir. Karena kerja otak sudah dipenuhi dg rasa kuatir, takut dan gelisah tanpa sebab atau disebabkan oleh hal-hal kecil, maka kerja otakpun menjadi lemah dan tidak dapat berfungsi untuk memikirkan hal-hal besar yg bermanfaat buat diri sendiri dan orang lain.

Ciri-ciri orang yang merasa minder ialah:
* Suka menyendiri.
* Terlalu berhati-hati ketika berhadapan dengan orang lain sehingga pergerakannya kelihatan kaku.
* Pergerakannya agak terbatas, seolah-olah sedar yang dirinya memang mempunyai banyak kekurangan.
* Berasa curiga terhadap orang lain
* Tidak percaya bahawa dirinya memiliki kelebihan
* Sering menolak apabila diajak ke tempat-tempat yang ramai orang.
* beranggapan bahwa orang lainlah yang harus berubah,
* menolak tanggung jawab hidup untuk mengubah diri menjadi lebih baik.

Penyebab perasaan minder adalah:
* Saat lahir - setiap orang lahir dengan perasaan rendah diri karena pada waktu itu ia tergantung pada orang lain yang berada di sekitarnya.
* Sikap orangtua - memberikan pendapat dan evaluasi negatif terhadap perilaku dan kelemahan anak di bawah enam tahun akan menentukan sikap anak tersebut.
* Kekurangan fisik - seperti kepincangan, bagian wajah yang tidak proporsional, ketidakmampuan dalam bicara atau penglihatan mengakibatkan reaksi emosional dan berhubungan dengan pengalaman tidak menyenangkan sebelumnya.
*Keterbatasan mental - membawa rasa rendah diri saat dilakukan perbandingan dengan prestasi tinggi dari orang lain, dan saat diharapkannya penampilan yang sempurna padahal aturannya pun tidak dipahami.
*Kekurangan secara sosial - keluarga, ras, jenis kelamin, atau status sosial.

Tips Mengatasi Minder/Rendah Diri

1. Hadapi rasa takut
Jangan dihindari, toh ia tidak akan berakibat seburuk yg anda kira. Melawan rasa takut akan menambah percaya diri anda.

2. Hargai diri sendiri sebagai Ciptaan Tuhan
Bila anda telah berhasil dalam berbuat sesuatu. Bila tidak mengapa orang lain mesti menghargai anda? Bukankah akan lebih mudah apabila anda membantu dan menghargai diri sendiri?

3. Kenali Diri
Mengenali diri merupakan bagian tersulit dalam proses menghargai diri. Mengenali diri merupakan sebuah proses yang menuntut kejujuran kita dalam melihat dan mengevaluasi diri. Hanya dengan kejujuran inilah kita bisa mengidentifikasi keunggulan kita dan hal-hal dalam diri kita yang masih perlu kita perbaiki ataupun kembangkan lebih lanjut.

4. Atasi Kelemahan Anda
Hal yang satu ini sering kali sulit kita lakukan. Kita seringkali tidak mau mengakui kelemahan kita. Kita sering kali mengandalkan penilaian orang lain semata terhadap kelemahan kita. Padahal sebenarnya jika kita jujur, kitalah orang yang seharusnya lebih tahu kelemahan kita sendiri.

5. Lupakan kegagalan masa lalu
Biasanya kegagalan juga dapat membuat kita merasa minder/rendah diri, tapi yang kita harus lakakan dari kegagalan belajarlah dari kesalahan itu tetapi janganlah mengira sesuatu itu salah sebelum ia akan terjadi lagi. Hindari membuat kesalahan yg sama tetapi jgn membatasi diri anda dg mengira bahwa anda gagal sebelumnya sehingga tidakakan bisa berhasil kali ini. Coba lagi, maka anda akanmenjadi lebih bijak dan lebih kuat. Jangan terperangkap pada masa lalu.

Setelah anda bisa membunuh rasa minder Silakan anda nikmati rasa percaya diri yang kelak akan mengantarkan anda menjadi manusia yang punya arti di hadapan Tuhan maupun manusia lainnya. dan dengan mengatasi rasa minder adalah sebuah langkah awal kita untuk menggapai semua keinginan kita, Ubah perasaan rendah diri kepada perasaan yang membina keyakinan diri.

Kita berhak sukses seperti orang lain. Jangan biarkan perasaan rendah diri menguasai dalam bersaing mencapai keinginan dalam hidup. Pupuklah semangat untuk dapat bersaing itu adalah baik untuk masa depan.Semoga sahabat semua dapat mengatasi rasa minder untuk dapat terus menggapai mimpi.

Sumber: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3048321

Tugas Proposal Skripsi MPP

PERAN KEPALA SEKOLAH
DALAM MENINGKATKAN KUALITAS GURU PAI
DI SMP NEGERI 2 GUMELAR
STAIN






Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mid Semester
Mata Kuliah : Metodologi Penelitian Pendidikan
Dosen Pengampu: Agus Setiyono, M.Ag
Disusun Oleh:
                                      Nama                     : Yogi Restiyanto
                                      NIM                       : 082333087
                                      Semester                : VI ( Enam )
                                      Jurusan/Prodi      : Tarbiyah / KI-2

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
PURWOKERTO
2011
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sebuah sekolah adalah organisasi yang kompleks dan unik, sehingga memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Oleh sebab itu kepala sekolah yang berhasil yaitu tercapainya tujuan sekolah serta tercapainya tujuan individu yang ada dalam lingkungan sekolah, kepala sekolah harus memahami dan menguasai peranan organisasi dan hubungan kerjasama antara individu. Kepala Sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai tanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolahnya, untuk menghantarkan sekolah menjadi sekolah yang berkualitas memenuhi apa yang diinginkan oleh pelanggannya.
Untuk  menciptakan hal tersebut, diperlukan sosok Kepala Sekolah yang berkualitas. la harus memiliki berbagai keterampilan yang diperlukan sebagai bekal, pola atau strategi dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya, termasuk pembinaan terhadap guru-gurunya agar tetap menjaga kelestarian lingkungan sekolah, memperbaiki yang kurang serta meningkatkan dan mengembangkan pendidikan ke arah yang lebih baik menuju pada tujuan institusional yang telah ditetapkan.
Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah mempunyai peran yang sangat besar dalam mengembangkan semangat kerja dan kerjasama yang harmonis, minat terhadap perkembangan dunia pendidikan, perkembangan kualitas profesional guru-guru yang dipimpinnya.
Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui proses pembelajaran di sekolah. Dalam rangka meningkatkan kualitas SDM, guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan terus-menerus. Pembentukan profesi guru dilaksanakan melalui program pendidikan pra-jabatan maupun dalam jabatan. Tidak semua guru yang mendidik di lembaga pendidikan terlatih dengan baik dan kualified. Potensi sumber daya guru itu perlu terus menerus bertumbuh dan berkembang agar dapat melakukan fungsinya secara profesional. Selain itu, pengaruh perubahan yang serba cepat mendorong guru-guru untuk terus menerus belajar menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi serta mobilitas masyarakat.
Menjadi guru adalah pilihan yang terbaik dalam posisi sosial seseorang. Guru memang pahlawan tanpa tanda jasa, guru digugu dan ditiru. Posisi guru dimasa reformasi ini telah diberikan perhatian yang cukup, karena aspirasi guru secara tertulis diakomodasi dalam UU Guru dan Dosen. Dalam konteks Pendidikan Agama Islam (PAI), guru berada digarda terdepan. Guru diberi tugas untuk mengembangkan Standar Isi kurikulum. Pengalaman yang selama ini bergulat dengan anak didik menjadi modal utamanya dalam mengimplementasikan Standar Isi ini.
Peningkatan kualitas guru sekarang ini menjadi suatu keharusan. Untuk itu, guru-guru yang memang belum memenuhi persyaratan secara akademik, seperti diamanatkan Undang-undang Guru dan Dosen (UUGD) seharusnya menyesuaikan diri dengan segala kesadaran. Peningkatan dan sertifikasi memang sesuatu keharusan yang tak bisa dihindari lagi.
Dengan demikian tujuan Pendidikan Agama Islam seperti yang diamanahkan oleh pemerintah dapat dicapai dengan baik. Kualitas guru yang dibutuhkan pada era sekarang ini ialah seorang guru yang mampu dan siap berperan dalam lingkungan besar yaitu sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu kepala sekolah adalah pemimpin pendidikan yang mempunyai peranan penting dalam mengembangkan lembaga pendidikan/sekolah yaitu sebagai pemegang kendali.
Dari uraian dapat dikemukakan bahwa proses pegelolaan pendidikan di sekolah akan berjalan lancar apabila guru memiliki kualitas yang baik, lebih- lebih guru agama (PAI) yang merupakan tonggak penanaman moral dan agama anak didik sebagai bekal kehidupan dan juga tinggi rendahnya kualitas seorang guru dipengaruhi oleh pembinaan kepala sekolah terhadap para guru.
Sekolah Menengah Pertama Negeri  (SMPN) 2 Gumelar yang bervisi “Membentuk siswa yang unggul dalam prestasi berpedoman pada keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan  Yang  Maha  Esa” dan salah satu misinya adalah “Menciptakan kedisiplinan dan ketertiban siswa”. Kini SMPN 2 Gumelar terus memacu SDM pendidiknya/guru untuk selalu ditingkatkan seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Peningkatan etos kerja personel sekolah dalam upaya peningkatan prestasi siswa dan peningkatan kualitas guru/profesionalisme guru dan karyawan hingga mengembangkan daya kreatifitas dan innovasi siswa dalam mengantisipasi pembaharuan pendidikan, ini merupakan kiat-kiat yang mendasari SMPN 2 Gumelar dalam memajukan sekolahnya. Tidak itu saja memberdayakan sumber daya sekolah dan mewujudkan kondisi sekolah yang agamis dalam membentuk budi pekerti yang luhur itu semua sudah tertanam pada segenap warga sekolah untuk dilaksanakan sebagai kewajiban dan tanggung jawab.
Menurut kepala sekolah, kualitas guru di SMPN 2 Gumelar bisa dikatakan kurang, karena kebanyakan guru agama Islam kurang bisa membuat perangkat pembelajaran dengan baik dan kurang memanfaatkan penggunaan strategi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan dan sesuai dengan perkembangan zaman.
Dari sini kepala sekolah harus berusaha untuk meningkatkan kualitas guru agama Islam agar bisa mengimbangi guru-guru yang lain. Melihat peran seorang kepala sekolah yang begitu urgen dalam sebuah lembaga pendidikan, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai kebenaran yang ada dilapangan bagaimanakah peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di  SMPN 2 Gumelar?
B. RUMUSAN MASALAH
Ø  Bagaimana peran kepala sekolah di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Gumelar?
Ø  Bagaimana kualitas guru PAI di  Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Gumelar?
Ø  Bagaimana peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru PAI di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Gumelar?
C. BATASAN MASALAH
1.      Peran kepala sekolah yang begitu banyak diantaranya adalah kepala sekolah berperan sebagai leader, manajer, motivator, supervisor, administrator, innovator dan educator. Namun untuk memudahkan peneliti dan pembaca memahami peran yang begitu banyak, peneliti membatasi peran kepala sekolah sebagai supervisor, sebagaimana yang peneliti lakukan di SMP Negeri 2 Gumelar.

2.      Kualitas guru PAI dalam penelitian ini pada kualitas dalam administrasi pembelajaran, misalnya adalah membuat perangkat pembelajaran (RPP, Prota, Promes, dan Silabus).
D. DEFINISI OPERASIONAL
1.      Peran kepala sekolah
Yang dimaksud peran kepala sekolah disini adalah segala kegiatan yang dilakukan sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawab serta fungsi seorang pemimpin sebuah lembaga pendidikan/sekolah (Kepala Sekolah).

2.      Kualitas
Kualitas/mutu merupakan derajat atau tingkat keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya) baik berupa barang maupun jasa, adapun kualitas disini ialah hubungannya dengan masalah-masalah pendidikan yang dititik beratkan pada perbaikan pembelajaran guru PAI.

3.      Guru PAI
Guru diartikan sebagai pendidik yang pekerjaan utamanya adalah mengajar sedangkan menurut Nawawi, guru diartikan sebagai orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang ikut bertanggug jawab membantu anak-anak mecapai kedewasaannya masing-masing. Jadi yang dimaksud guru PAI disini ialah guru yang mengajar/mentransfer Pendidikan Agama Islam pada sebuah lembaga pendidikan untuk membantu siswa mencapai kedewasaannya, terutama dalam Pendidikan Agama Islam.

4.      Kualitas guru PAI
Seorang guru yang mempunyai kualitas dalam pembelajaran khususnya dalam bidang pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI).

5.      Peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru PAI
Yang dimaksud disini adalah bagaimana seorang kepala sekolah mampu meningkatkan kualitas dan mengembangkan sebuah lembaga pendidikan/sekolah yang dipimpinnya. Namun dalam skripsi ini, penulis lebih menitikberatkan pada usaha kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas para guru melalui supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah terutama terhadap guru Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk mencapai tujuan sekolah dalam hal ini kepala sekolah sebagai Supervisor.
E. METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan suatu jalan untuk memperoleh kembali pemecahan terhadap segala permasalahan. Karena penelitian menggunakan metode kualitatif, yang secara definisi merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis  atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang dapat diamati. Untuk menyelesaikan penelitian ini digunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Data dan Sumber Data
a. Data
Dalam penelitian ini digunakan dua macam data yaitu data primer dan data sekunder. Dibawah ini akan dijelaskan kedua macam data tersebut.
1) Data primer adalah data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertama yaitu kepala sekolah dan elemen yang terkait. Dalam hal ini sumber pertama atau data primer dari penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru PAI.
2) Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti-peneliti dari bahan kepustakaan sebagai penunjang dari data pertama. Data ini berupa dokumen sekolah, atau referensi yang terkait dengan penelitian.
b. Sumber Data
Data dalam penelitian ini dapat diperoleh dari:
1) Person yaitu sumber data yang dapat memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara yaitu kepala sekolah dan guru PAI.
2) Place atau tempat adalah sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam  dan bergerak dan keadaan keduanya obyek untuk penggunaan metode observasi.
3) Data tertulis adalah sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain. Ini digunakan pada metode dokumentasi.


2. Teknik Pengumpulan Data
Yang dimaksud dengan teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan oleh seorang peneliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Skripsi ini ditulis berdasarkan studi lapangan dan studi perpustakaan. Metode ini digunakan dengan menarik kesimpulan dimulai dari pernyataan atau fakta khusus menuju kesimpulan yang bersifat umum.
a. Interview/Wawancara.
Interview/Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak atau lebih. Interview dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematik dan berlandaskan pada tujuan penyelidikan.
Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif lebih menekankan pada jenis tehnik wawancara, khususnya wawancara mendalam (deep interview). Rulam Ahmadi mengutip dari  Guba dan Lincoln menyatakan bahwa tehnik ini memang merupakan tehnik pengumpulan data yang khas bagi penelitian kualitatif.
Jadi secara tidak langsung penelitian ini menggunakan tehnik pengumpulan data dengan metode wawancara mendalam. Namun metode wawancara mendalam terbagi menjadi tiga macam yaitu wawancara terstruktur, wawancara tidak terstruktur dan wawancara terbuka terstandar. Setelah melihat dari pengertian ketiganya kemudian menimbangnya, peneliti menggunakan wawancara secara terstruktur. Wawancara terstruktur adalah model pilihan jika pewawancara mengetahui apa yang tidak diketahuinya dan oleh karenanya dapat membuat kerangka pertanyaan yang tepat untuk memperolehnya. Dalam wawancara terstruktur pertanyaan ada di tangan pewawancara dan respon terletak pada responden.
Dalam wawancara ini yang menjadi sasaran wawancara adalah kepala sekolah dan guru Pendidikan Agama Islam. Dalam wawancara dengan kepala sekolah pertanyaan-pertanyaan lebih difokuskan pada peran kepala sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas sekolah baik output/anak didik, guru dan seluruh lingkungan sekolah. Namun dalam hal ini lebih ditekankan pada bagaimana usaha dan peran kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru PAI yang pada endingnya juga akanmeningkatkan kualitas output/anak didik ataupun kualitas sekolah. Sedangkan wawancara kepada para guru lebih difokuskan pada bagaimana kualitas guru PAI di SMPN 2 Gumelar dan peran serta usaha yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas guru.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis atau film, yang tidak dipersiapkan karena ada permintaan seorang penyidik. Dokumen itu dapat berupa arsip-arsip, atau rekaman yang berhubungan dengan penelitian ini. Metode ini digunakan untuk menjawab pertanyaan apa, kapan, bagaimana dan dimana.
c. Observasi
Observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja dan sistematis mengenai gejala-gejala yang terjadi untuk kemudian dilakukan pencatatan. Pada dasarnya teknik observasi digunakan untuk melihat atau mengamati perubahan fenomena dan gejala sosial yang tumbuh dan berkembang yang kemudian dapat dilakukan penilaian. Bagi observer bertugas melihat obyek dan kepekaan mengungkap dan membaca permasalahan moment-moment tertentu dengan dapat memisahkan antara yang diperlukan dan yang tidak diperlukan.
Karena metode observasi ini terdiri dari dua macam yaitu observasi partisipan dan non partisipan. Maka dengan berbagai pertimbangan, dalam penelitian ini kami menggunakan metode observasi non partisipasi seorang pengamat bisa melakukan pengumpulan data tanpa harus melibatkan diri langsung kedalam sistuasi dimana peristiwa itu berlangsung. Sedangkan yang menjadi objek obeservasi dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru dan lingkungan sekolah. Dan yang menajadi sasaran observasi adalah adalah peran kepala seolah, guru dan situasi sekolah dalam rangka untuk mendapatkan kelengkapan penelitian.
3. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah upaya mengorganisasikan dan mengurutkan data secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara, dan lainnya untukmeningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bogdan dan Biklen bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapatdikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan apa yang penting danapa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Data yang terdapat dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang dihasilkan melalui wawancara, dokumentasi dan observasi. Selanjutnya data-data tersebut dinyatakan dalam bentuk narasi deskriptif untuk menggambarkan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh subyek. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menggambarkan kejadian, yang faktual dan akurat mengenai fakta-fakta yang terjadi selama penelitian yang dilakukan di SMPN 2 Gumelar secara sistematis. Penerapan teknis analisis deskriptif dilakukan melalui tiga tahapan yaitu:
a. Reduksi Data
Reduksi data adalah merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada didalamnya. Reduksi adalah salah satu bentuk analisis yang menajamkan danmenggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data sedemikian sehingga kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan di verifikasi.
b. Kategorisasi
Menyusun kategori. Kategorisasi adalah upaya memilah-milah setiap satuan kedalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan, dan setiap kategori diberi nama atau label.
c. Sintesisasi
Tahapan selanjutnya dalam analisis data adalah sintesisasi berarti mencari  kaitan antara satu kategori dengan kategori yang lain, dan kaitan tersebut juga diberi label.
F. TELAAH PUSTAKA
Kajian pustaka merupakan hasil dari kajian penelitian yang relevan dengan permasalahan. Kajian disini berisi uraian singkat hasil-hasil penelitian terdahulu tentang masalah yang sejenis.
Azyumardi Azra, mengatakan pendidikan Nasional dihadapkan pada berbagai permasalahan, salah satunya adalah profesionalisme guru dan tenaga kependidikan yang masih belum memadai. Artinya, minimnya kualitas seorang  guru dalam pendidikan atau pembelajaran.
Wardiman Djoyonegoro (mantan Menteri Pendidikan Nasional), mengatakan sedikitnya terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan dalam pembangunan pendidikan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) pertama adalah sarana dan gedung, kedua buku yang berkualitas, dan ketiga guru dan tanaga kependidikan yang profesional/berkualitas.
Bila melihat dunia pendidikan secara umum saat ini, dimana mutu pendidikan di Indonesia bisa dikatakan rendah. Namun bila  kita telaah lebih jauh mengenai penyebab dari kurangnya mutu pendidikan adalah kurangnya kualitas guru dalam  menjalankan tugasnya sebagai seorang guru (kurang profesional) dan juga kurangnya penghargaan terhadap guru. Penghargaan ini sangat penting untuk memotivasi guru untuk lebih mengembangkan dirinya. Penghargaan ini dapat berupa pujian atau pembinaan kepada para guru yang pada akhirnya akan menumbuhkan semangat para guru dalam pembelajaran dan yang pasti dapat meningkatkan kualitas seorang guru yang pada muaranya akan meningkatkan kualitas siswa/out put/sekolah secara umum.
Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan meningkatkan kualitas guru perlu didukung peran dari kepala sekolah, tanpa adanya peran dari kepala sekolah maka hasilnya tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Karena peran dari seorang kepala sekolah merupakan langkah paling utama untuk meningkatkan kualitas SDM di Indonesia. 


DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Cet 3. Bandung : Alpabeta, 2007
Arikunto, Suharsimi, Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 1995
Arikunto, Suharsimi, Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara, 1988
Imron Ali, Pembinaan Guru di Indonesia, Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya, 1995
E. Mulyasa, Menjadi Guru Professional, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007
Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999